JENIS
ISIM: MU’ROB DAN MABNI
المعربات و المبنيات من الاسماء
A. SISTEMATIKA PEMBAHASAN
1.
Definisi Isim
2. Karakteristik
Isim
3. Klasifikasi
isim
4. Definisi
Mu’rob
5. Klasifikasi
Isim Mu’rob
6. Definisi
Mabni
7. Klasifikasi
Isim Mabni
B. PENDALAMAN
MATERI
1. Definisi Isim
Dari pengarang buku Audhohul Manahij, Agus Shohib Khoironi,
mengatakan bahwa isim adalah: ما
دل على معنى من ذات أو صفة غير مقترن بزمان معين, ‘suatu
kata yang menunjukkan atas suatu dzat (nama manusia, hewan, tanaman atau dzat
lain)
atau sifat (isim fail, isim
maf’ul, isim sifat musyabbihah, isim tafdhil, isim ta’ajjub)
tanpa disertai dengan masa atau waktu tertentu (lampau, sekarang,
atau mendatang)’[1]
Pensyarah alfiyah Ibn Malik, Ibnu Aqil, mengatakan, isim
adalah:
...إن دلت على
معنى في نفسها غير مقترنة بزمان فهي الاسم...
‘bila kalimat itu
mengandung arti untuk sendirinya dan tidak disertai dengan pengertian yang
menyangkut masa’[2]
Dari definisi tersebut, lafadz yang semisal dengan أمس (menunjukkan waktu: ماض, غدا
) itupun
termasuk ke dalam kategori isim, karena lafadz tersebut menunjukkan makna yang berupa waktu, bukan waktunya yang menyertai pada makna
aslinya.
Yang pula masuk pada kategori isim adalah kata صبوح (minum di waktu pagi), kata عبوق
(minum diakhir
hari), dan kata القيل (minum disiang hari), karena walaupun
kata-kata tersebut menunjukkan makna dan disertai dengan zaman, namun zaman
yang menyertainya besifat general, tidak diketahui apakah zaman itu zaman madhi
(lampau), hal (sekarang) atau istiqbal (mendatang). – buku Taswiqul Khilan hal. 16.[3]
Begitu pula isim fa’il dan isim maf’ul yang merupakan salah
satu sifat, juga termasuk dalam kategori ini karena keduanya menunjukkan makna
(subjek dan objek suatu perbuatan) dan disertai zaman namun tidak secara wadho’
(sengaja) melainkan secara luzum (suatu keniscayaan).
2. Karakteristik Isim
Pedoman untuk mengidentifikasi suatu kata bisa disebut isim,
adalah:
1. Jar
Yaitu kata tersebut berada pada keadaan dibaca jar, baik karena:
a. Huruf
jar (al-majrur
bi al-harf), yang berjumlah 20 (min, ila, hatta,
khala, hasya, ‘ada, fi, ‘an, ‘ala, mudz, mundzu, rubba, lam, kay, wawu, ta, kaf,
ba, la’alla, dan mata), contoh:
في البيت هرٌّ, على المكتبِ كتابٌ, لزيدٍ سيارةٌ
b. Tarkib
idhofi (al-majrur
bi al-idhofah), contoh:
هذا كتابُ زيدٍ, ذلك قلمُ
عليٍّ, هذا خاتمُ حديدٍ
c. Tarkib
washfi (al-majrur
bi al-na’t), contoh:
مررت بغلام زيدٍ الفاضلِ[4]
2. Al
Yaitu dalam kata tersebut terdapat al (alim-lam), baik sebagai tambahan (zaidah) ataupun sebagai tanda ma’rifat. Contoh:
المدرسة كبيرةٌ, هذا القلم جديدٌ,
رأيت السيارةَ
3. Perangkat
nida (panggilan)
Yaitu kata tersebut mengekor pada salah satu perangkat nida
(panggilan). Contoh: يا زيدٌ, يا أبَا هريرةَ, يا نارُكوني
بردًا
4. Tanwin
Yaitu pada huruf akhir kata tersebut berupa tanwin _ٌ/_ً/_ٍ(bentuk nakiroh), hal ini ketika kata tersebut (isim) tidak terdapat al (bentuk ma’rifat), jadi
dengan kata lain tanwin adalah opposite dari al.
tanwin sendiri adalah bentuk dari nun mati yang verbal (dalam bentuk ucapan saja tidak dalam bentuk tulisan) contoh:
هذه إمرأةٌ, رأيتُ سقفاً, مررتُ
بخنزيرٍ[5]
Secara terinci, tanwin ada beberapa macam:
a) Tanwin
tamkin, yaitu tanwin yang terdapat pada isim mu’rob munshorif, seperti: نهرٌ,
سماءٌ, مكتبٌ, ومثله
b) Tanwin
tankir, yaitu tanwin yang terdapat pada isim mabni, dan bertujuan untuk
membedakan antara isim mabni yang ma’rifat dan yang nakiroh, contoh: مررتُ بسبويهِ وبسبويهٍ أخر
c) Tanwin
muqobalah, yaitu tanwin yang ada pada jamak muannats salim, sebagai
perbandingan dari nun yang ada pada jamak mudzakar salim, contoh:مسلماتٌ,
مؤمناتٌ, مشركاتٌ
d) Tanwin
iwadl, yaitu tanwin yang menggantikan jenis lain. Tereduksi lagi menjadi:
1. Tanwin iwadl ‘an al-harf (menggantikan huruf yang terbuang/tersimpan). Tanwin jenis
ini biasa ditemukan pada isim ghoir munshorif, berupa shighot muntaha al-jumu’,
contoh: غواشٍ,
جوارٍ, أمانٍ dari aslinya: غواشيَ, جواريَ, أمانيَ
2. Tanwin Iwadl ‘an al-ism (menggantikan mudhof ilaih yang tersimpan). Biasa ditemukan
pada lafadz كلٌّ dan
بعضٌ, contoh:
قل كلٌّ يعمل على شاكلتهِِ aslinya قل كلُّ إِنْسَانِ يعمل على شاكلته
3. Tanwin iwadl ‘an al-jumlah (menggantikan kalimat yang berkedudukan sebagai mudhof
ilaih). Biasa ditemukan pada lafadz “إذْ”, contoh:
وَأَنْتُمْ حِيْنِئذٍ
تَنْظُرُوْنََ
aslinya وَأَنْتُمْ حِيْنَ إِْذْبَلَغَتِ
الرُّوْحُ الْحُلْقُوْمَ تنَْظُرُوْنَ
4. Tanwin ‘iwadl ‘an al-jumal (menggantikan beberapa kalimat yang dibuang). Biasa
ditemukan pada pada lafadz “إذْ” seperti pada
ayat:
يومئذٍ تحدث أخبارها aslinya يوم إذ زلزلت الارض زلزالها وأخرجت
الارض أثقالها زقال الانسان مالها تحدث أخبارها[6]
e) Tanwin Dhoruroh, yaitu tanwin yang
ada bertemu munada (lafadz yang dipanggil) yang mabni, baik yang rofa’ maupun
yang nashob. Contoh:
Mabni rofa’ : سَلاَمُ اللهِ يَا مَطَرٌ عَلَيْهَا () وَلَيْسَ عَلَيْكَ يَا
مَطَرَ السَّلاَمِ
mabni nashob : يا عديا لقد وقتك الاواقي[7]
f) Tanwin
ziyadah, atau biasa disebut juga tanwin munasabah, yaitu tanwin yang ada pada isim ghoir munshorif dengan
tujuan untuk penyerasian dengan kalimat setelahnya. contoh: سلاسلاً وأغلالاً, imam nafi’ (salah satu imam tujuh bacaan al-quran yang
diakui) membaca tanwin pada lafadz سلاسلا, padahal lafadz ini berupa sighot muntaha
al-jumu’ yang tidak bisa menereima tanwin,
hal ini untuk menyerasikan dengan lafadz setelahnya.
g) Tanwin
Taksir, atau juga disebut tanwin hamzi atau tanwin syadz, yaitu tanwin yang ada pada sebagian isim mabni, dengan
faidah menunjukkan arti banyak, contoh: هَؤُلاَءٍ قَوْمُكَ mereka (orang banyak) adalah kaummu
h) Tanwin
Hikayah, yaitu tanwin yang ada pada isim ghoir munshorif dengan tujuan untuk
menceritakan hikayat (kejadian asal) sebenarnya.[8]
Contoh: ضَارِبَةٌ
وَزْنُ فَاعلِةَ,ٌ
مِضْرَابٌ وَزْنُ مفِعْاَلٌ
Kedua kata yang bergaris bawah adalah isim ghoir munshorif
(dikarenakan adanya dua illat penyebab terbuangnya tanwin yaitu alam jins dan
ta’ nits) namun karena untuk menjelaskan bahwa mauzun tersebut ikut pada wazan
yang kebetulan bertanwin maka didatangkanlah tanwin.
i) Tanwin
Tarannum, yaitu tanwin yang terdapat pada akhir bait syair (qofiyah) muthlaqah (hidup) yang bunyinya diperpanjang dengan huruf illat
seperti:
أَقِـــــلّي اللَّوْمَ عَادِلْ وََاْلِعتَابَنْ
وَقُوْلِيْ إِنْ أَصَبَتْ لَقَدْ أَصَابَنْ
أزف الترحل غير أنً ركابنا لمـــا تزل برحالنا وكأن قدنْ
“Wahai
wanita pencela, tinggalkanlah perbuatan mencelamu (karena) aku tidak akan
pernah mendengarkan yang ku inginkan, maka yang terbaik bagimu adalah mengakui
kebenaran apa yang aku lakukan”
“Telah
dekat waktu untuk berangkat, hanya saja kendaraan kami belum berangkat,
seakan-akan waktu perpisahan telah terjadi” (Jarir
bin Athiyyah)
j) Tanwin
ghali, yaitu tanwin yang ada pada akhir bait yang muqayyadah (mati). Hal ini dibuktikan oleh Imam al-Akhfasy, seperti
perkataan penyair:
َوقَاتِمِ اْلأَعْمَاقِ خَاِويَ الْمُخْتَرِقَنْ مُشْبِهِ
اْلاَعْلاَمِ لَمَّاعِ الْخَفْقَنْ
“Banyak sekali tempat
yang tak seorang pun dapat menempuh dan menemukannya karena banyaknya
keserupaan dengan tempat lain dan tidak jelas tentang keberadannya. Namun
untaku ternyata mampu menempuh dan menemuknnya.” (Ru’bah bin Ujaj)
قَالَتْ بَنَاتُ العَمِّ سَلْمىَ وَإِنِـــــنْ كَانَ
فَقِيْرًا مُعْدِمًــــــا وَإِنَِنْ
“Anak-anak perempuan
paman berkata: wahai salma, jika ia seorang fakir miskin, salma menjawab:
sekalipun ia fakir miskin”
Namun, perlu dicermati bahwa jenis tanwin yang menjadi
karakteristik dari kata isim adalah tanwin a) hingga d). sedangkan yang e) dan
f) dapat memasuki pada kata isim, fi’il, dan huruf.[9]
5. Musnad
ilaih
Yaitu bila dalam suatu kalimat, secara gramatikal kata
tersebut berkedudukan sebagai musnad ilaih (sesuatu yang dikenai hukum pembicaraan/
objek kalam). Yang termasuk dalam musnad ilaih adalah sebagai berikut:
a) Mubtadâ
b) Fâ’il
c) Nâib
‘an al-fâ’il
d) Isimnya
kâna al-naqishoh dan akhowâtnya
e) Isimnya
inna dan akhowâtnya
f) Isimnya
la
al-nafiyah li al-jinsi
g)
Isimnya huruf-huruf yang beramal
seperti amalnya laisa
3. Klasifikasi Isim
Klasifikasi isim dapat didasarkan pada sudut pandang dan
kajian berikut:
a. Menurut
tampak dan tersembunyinya isim
1. Isim
Dzohir
2. Isim
Dhomir
a) Menurut
tersambung dan terpisahnya dhomir
Dhomir Muttashil
Dhomir Munfashil
b) Menurut
bentuk dhomir
Dhomir Bariz
Dhomir Mustatir
c) Menurut
kedudukan I’robnya
Marfu’ [dibaca rafa’]
Mansub [dibaca nashob]
Majrur [dibaca jar]
b. Menurut
asal muasal terbentuknya isim
1. Isim
Jamid [kata pokok]
a) Jamid
dzati
b) Jamid
Ma’nawi
2. Isim
Musytaq [kata konjugasi/derivasi]
a) Isim
Fa’il
b) Isim
Maf’ul
c) Shighot
Mubalaghoh
d) Sifat
Musyabbihah
e) Masdar
Mim
f) Isim
Zaman
g) Isim
Makan
h) Isim
Alat
i) Isim
Tafdhil
c. Menurut
jenisnya
1. Isim
Mudzakkar [maskulin]
a) Mudzakkar
Haqiqi
b) Mudzakar
Majazi
2. Isim
Muanntas [feminine]
a) Muannats
Haqiqi
b) Muannats
Majazi
c) Muannats
Ma’nawi
d) Muannats
lafdzi
d. Menurut
jenis huruf akhir
1. Isim
Shohih
2. Isim
Maqsur
3. Isim
Manqush
4. Isim
Mamdud
e. Menurut
jumlahnya
1. Isim
Mufrod [kata benda tunggal/ singular]
2. Isim
Mutsanna/Tatsniyah [kata benda dua/ dual]
3. Jamak
[kata benda banyak/ pural]
a) Jamak
taksir
b) Jamak
mudzakkar salim
c) Jamak
muannats salim
f. Menurut
spesialisasinya
1. Isim
Nakiroh [general]
2. Isim
Ma’rifat [special]
a) Isim
Dhomir
b) Isim
Alam
Menurut dilalahnya [makna tunjuk]
v
Alam Asma
Ø
Mufrod
Ø
Murokkab
§
Murokkab Idhofi
§
Murokkab Isnadi
§
Murokkab Majazi
v
Alam Kuniah
v
Alam Laqob
Menurut objeknya
v
‘Alam syakhs [personal]
v
‘Alam ghoir syakhs []
v
‘Alam jins [general]
c) Isim
Isyaroh
Qorib [dekat]
Ba’id [jauh]
d) Isim
Maushul
Jumlah [kalimat]
v
Jumlah fi’liyah
v
Jumlah ismiyah
Syibh Jumlah [menyerupai kalimat]
v
Jar wa majrur
v
Dzorof
e) Isim
yang dimakrifatkan dengan al
Al li al-‘ahdiyyah
v
Al-‘ahdi al-dzikri
v
Al-‘ahdi al-hudhuri
v
Al-‘ahdi al-dzihni
Al-jinsiyah
Al-istighroqiyah
Al-bayaniyah
f) Isim
yang dimudhofkan dengan salah satu isim diatas
g. Menurut
sifatnya yang dapat menerima tanwin
1. Isim
munshorif
2. Isim
Ghoir munshorif
h. Menurut
Nisbatnya
i. Menurut
Tashghir
j. Menurut
jumlah huruf
1. Isim
Mujarrod [kata benda biasa]
2. Isim
Mazid [kata benda tambahan]
k. Menurut
perubahan huruf akhir
1. Isim
Mu’rob
2. Isim
Mabni
4. Definisi Isim Mu’rob
Menurut kitab Audhoh al-Manahij, isim mu’rob adalah ما تغير حال حركة حرف أخره لاختلاف العوامل الداخلة عليه لفظا
أو تقديرا
‘berubahnya keadaan huruf akhir dari
suatu kata disebabkan amil [factor-faktor] yang mempengaruhinya baik secara
eksplisit [lafdzon] atau implisit [taqdiron]’.[11]
Menurut ibn Aqil, isim mu’rob didefinisikan sebagai isim
yang terbebas dari keserupaan dengan huruf. ما سلم من شبه الحرف[12]
Sejenis dengan istilah ini, adalah I’rob yaitu perubahan harokat huruf akhir suatu kata [isim, f’il, harf] karena pengaruh dari suatu amil tertentu. تغيير حركة حرف الاخر من كلمة لاختلاف
العوامل الداخلة عليها
5. Klasifikasi isim mu’rob
Sebelum masuk pada klasifikasi isim mu’rob, perlu diketahui
tentang tanda-tanda [‘alamat] yang menyertainya:
1. Tanda
asli [dengan harokat]
a. Dhommah
: untuk I’rob rafa’
b. Fathah
: untuk I’rob nashob
c. Kasroh
: untuk I’rob jar
d. Sukun
: untuk I’rob jazem
2. Tanda
pengganti [dengan huruf]
a. Alif
: untuk I’rob rafa’
b. Wawu
: untuk I’rob rafa’
c. Ya
: untuk I’rob nashob dan jar
d.
Tetapnya Nun [tsubut] : untuk I’rob rofa’
e. Terbuangnya
[hadzf] nun : untuk I’rob nashob dan jazem
Secara global, klasifikasi I’rob ada empat macam, yaitu:
1. I’rob
rofa’
2. I’rob
nashob
3. I’rob
jar
4. I’rob
jazem
Lebih lanjut, i’rob rofa’ dan nashob dapat masuk pada fiil
dan isim (i’rob
musytarok) sedang jer dan jazem adalah i’rob mukhtas (jer khusus pada isim dan jazem khusus pada fiil).
Secara khusus, yang akan dibicarakan adalah I’robnya isim,
yang mencakup: rofa’, nashob, dan jar.
1. Rofa’
Tanda-tanda khususnya meliputi:
a. Dhommah,
terdapat dalam:
ü
Isim
mufrod: جاء رسولٌ
ü
Jamak
taksir :ُ قام القوم
ü
Jamak
muannats salim : جلستْ
المسلماتُ
b. Alif,
terdapat dalam:
ü
Isim
mutsanna/ tatsniyah : هذانِ
كتابَان
c. Wawu,
terdapat dalam:
ü
Jamak
mudzakkar salim: هُمْ المسلموْن
ü
Asma
khomsah : وَحَضَرَ
ذو مالٍ جاء أبوك وأخوك و حموك وهذه فوك
2. Nashob
Tanda-tanda khususnya meliputi:
a. Fathah
[tanda asli], terdapat dalam:
ü
Isim
mufrod : رأيتُ بكراً
ü
Jamak
taksir: أكلتُ الرزَّ
b. Ya,
terdapat dalam:
ü
Isim
mutsanna: رأيتُ المسلمينِْ
ü
Jamak
mudzakkar salim: رأيتُ المسلميْنَ
c. Alif,
terdapat dalam:
ü
Asma
khomsah [isim lima]: إنَّ أباك وأخاك وحماك ماهر في كرة
القدم وإن فاك صغيرةُ و إنّ ذامالٍمسرورٌ
d. Kasroh,
terdapat dalam:
ü
Jamak
muannats salim: رأيتُ المسلماتِ
3. Jar
Tanda-tanda khususnya meliputi:
a. Kasroh
[tanda asli], terdapat dalam:
ü
Isim
mufrod : مررتُ بزيدٍ
ü
Jamak
muannats salim : مررتُ بالمسلماتِ
b. Ya,
terdapat dalam:
ü
Isim
mutsanna : مررتُ بالمسلميْنِ
ü
Jamak
mudzakkar salim : مررتُ
بالمسلميْنَ
ü
Asma
khomsah : مررتُ بأبيك وأخيك و حميك و نظرت إلى فيك وإلى ذي مالٍ أمامه
سيارة
c. Fathah,
terdapat dalam:
ü
Isim
ghoir munshorif : مررتُ بفاطمةَ, أَماَمَ إبراهيمَ كلبٌ كبيرٌ
6. Definisi Isim Mabni
Dinukil dari buku maqoshid nahwiyyah, bina’ adalah:
البناء هو لزوم أواخر الكلم حالة واحدة لغير عامل واعتلال
Bina’ adalah tetapnya
akhir kalimat pada satu keadaan bukan karena amil atau proses I’lal.
Definisi dari al-Gholayaini, menyebutkan:
المبني هو ما يلزم أخره حالة واحدة
فلا يتغير وإن تغيرت العوامل التي تتقدمه كهذه وأين ومن وكتب واكتب
Semakna dengan definisi diatas adalah mabni yang selanjutnya
akan dijelaskan lebih lanjut, karena term ini lazim dan digunakan dalam
buku-buku nahwu, sedang term “bina” lazim digunakan dalam buku-buku shorof.
Pada awalnya kalimat isim (kata benda) bersifat mu’rob
(berubah karena amil) namun selanjutnya ada beberapa kalimat isim yang keluar
dari aturan baku, yakni bersifat mabni (tetap bukan karena amil atau I’lal)
karena ada satu keserupaan dengan kalimat huruf (yang bersifat mabni).
7. Klasifikasi isim mabni
Sebelum pengklasifikasian isim yang mabni berikut akan
dipaparkan terlebih dahulu sebab-sebab isim tersebut dikategorikan sebagai isim
mabni.
1) Syibh
wadh’iy
Keserupaan ini adalah pada asal muasal pembentukan isim.
Dalam bentuknya, isim ini ada terdiri dari satu huruf, dua huruf, tiga huruf,
empat huruf atau lebih, serupa dengan kalimat huruf yang terdiri dari satu, dua
huruf, tiga huruf, empat huruf atau lebih. Yang masuk kategori syibh ini adalah
isim dhomir.
Contoh: ه,
تَ, تِ, تُ,كَ, كِ, يْ, serupa dengan kalimat huruf: بِ, وَ, تَ,
هو, هم, هي, ها, تم, نا serupa
dengan kalimat huruf: في, من, عن
هما, هنّ, أنتَ, أنتِ, أنا, نحن, كما,
كنّ serupa
dengan kalimat huruf: آيْ,
أجلْ, بلى, جَيْر, نعمْ
أنتم serupa dengan kalimat huruf: حتّى, لولا, لكنّ
انتما, أنتنّ, أيّاكَ, إيّاكِ, إيّاي,
إيّاه serupa dengan kalimat huruf: لَكنّ dan
sebagainya.
2) Syibh
ma’nawiy
Keserupaan ini ada pada makna isim. Yaitu maknanya isim
serupa dengan maknanya kalimat huruf, baik yang wujud (makna yang serupa
tersebut bersifat konkrit dan dapat dikenali) ataupun tidak (tersirat dan hanya
dapat diperkirakan).
a. Makna
isim yang serupa wujud (sifatnya konkrit dan dapat dikenali). Yang termasuk
kategori ini adalah isim istifham (kata tanya) dan isim syarat. Contoh:
متى تقوم؟ kapan kamu berdiri?, kata متى ini
serupa dengan maknanya أ huruf istifham: أتقوم؟ kapan kamu berdiri?
متى تقوم نقم jika kamu berdiri
maka akupun akan berdiri, kata متى ini serupa dengan maknanya huruf إن شرطية (huruf syarat)
b. Makna
isim yang serupa tidak wujud (tidak
tampak dan hanya dapat diperkirakan). Yang masuk kategori ini adalah isim
isyaroh (kata tunjuk). Contoh:
هذا, هذه, ذلك, تلك, هؤلاء, هنا dsb.
Kata-kata ini (isim isyaroh) mengandung makna yang serupa dengan huruf yang
tidak harusnya ada sebagai alat/ sarana untuk menunjukkan arti tunjuk namun
dalam kenyataannya tidak ada (tidak wujud).
Makna isyaroh adalah termasuk makna huruf, karena pada
umumnya segala makna mempunyai huruf untuk menegaskan makna tersebut, Misalnya
makna nahi mempunyai huruf untuk merepresentasikan makna tersebut yaitu لا النهي. Begitu pula
makna nafi mempunyai huruf untuk merepresentasikan makna tersebut yaitu ما النفي. Makna ta’kid (penegasan) mempunyai
huruf yang merepresentasikan makna tersebut yaitu قد, dan seterusnya. namun khusus dalam
makna isyaroh, makna ini tidak terwakili oleh suatu huruf.
3) Syibh
isti’mali
Keserupaan ini ada pada segi penggunaannya (إستعمال). Yaitu isim ini dapat beramal seperti
fiil namun tidak menerima atsar (objek) dari amalnya kata lain. Yaitu tidak
seperti isim fail, isim maf’ul, masdar, isim sifat musyabbihah dan isim-isim
lain yang dapat beramal seperti fiilnya namun juga dapat menerima atsar amalnya
kata lain. Yang termasuk kategori ini adalah isim fiil. Seperti:
هَيْهَاتَ الْجَبَلُ, قَتَالٍ زَيْدًا
4) Syibh
iftiqoriy
Keserupaan ini ada pada sifatnya isim yang membutuhkan
eksistensi kata lain guna melengkapi dan mempertegas makna isim tersebut, hal
ini serupa dengan kalimat huruf yang senantiasa membutuhkan kehadiran kata lain
untuk menjelaskan maknanya. Yang termasuk kategori ini adalah isim maushul.
Contoh:
الذي, التي, الذين, اللاتي, اللائي,
اللذان, اللتان dsb. Yang selalu membutuhkan shilah[13]
Namun dalam syarh al-Kafiyah al-Kubro, Ibnu Malik menambahkan dua lagi sebab keserupaan isim
mabni, yaitu:
5) Syibh
ihmali
Keserupaan isim dalam sifatnya tidak dapat beramal dan tidak
menerima atsar amalnya kata lain. Seperti isim-isim pembuka (fawatih al-suwar) surat dalam Al-Qur an: الم, ن, ق, طسم
6) Syibh
lafdzi
Keserupaan isim yang secara lafadz mirip dengan huruf.
Seperti حاشا yang
isim mirip dengan حاشا yang
huruf.
Secara teringkas, dapat diketahui bahwa isim-isim yang
termasuk dalam kategori isim mabni adalah:
a. Isim
dhomir
b. Isim
syarat
c. Isim
istifham
d. Isim
isyaroh
e. Isim
fi’il
g. Isim-isim
suara
h. Isim
a’lam
i. Sebagian
dhorof
j. A’lam
yang berakhiran eih
----------- Wallahu
a’laamu bi al-showab -----------
[2] Bahrun Abu Bakar, Terjemahan Alfiyyah, (terj.) dari judul asli Alfiyyah Syarah Ibnu ‘Aqil, (Sinar Baru Algesindo: Bandung, 2006), hlm. 2; bisa dilihat
pula di Ibnu
Aqil (Dar el-‘Abidin: Surabaya, t.t.),
hlm. 3
0 komentar:
Posting Komentar