المعربات و المبنيات من الافعال
- SISTEMATIKA
PEMBAHASAN - Definisi fiil
- Karakteristik fiil
- Klasifikasi fiil
- Klasifikasi fiil mu'rob
- Klasifikasi fiil mabni
- PEMBAHASAN
- Definisi fiil
Agus Shohib Khoironi mengatakan: مَا دَلَّ عَلَى مَعْنًى مُقْتَرَنٌ
بِزَمَانٍ مُعَيََّنٍ مَاضِيًا كاَنَ أَوْ حَالاً أَوْ إِسْتِقْبَالٍ
- 'Kata yang menunjukkan makna sesuatu yang disertai dengan waktu baik lampau, sekarang maupun esok.'
- Karakteristik fiil
Tanda-tanda baku yang dapat mengarahkan kita pada suatu fiil
dengan seketika agaknya tidak sama dengan pedoman baku yang memudahkan kita
dalam mengetahui suatu isim dengan cepat. dalam kajian ini, akan dipahami lebih
mudah tentang tanda-tanda yang dapat mengarahkan kita untuk mendeteksi fiil
secara cepat bahkan secara otomatis dapat mengetahui jenis fiil berdasarkan
tandanya, karena pada dasarnya tanda ini ada karena perbedaan waktu pada fiil.
- Klasifikasi fiil
Klasifikasi fiil dengan didasarkan pada berbagai sudut
pandang adalah sebagai berikut:
- Menurut waktunya
- Fiil madli
- Fiil mudhori'
- Fiil amar
- Menurut bentuknya
- Fiil mabni
- Fiil mu'rob
- Menurut sifatnya yang butuh pada maf'ul
- Fiil lazim (kata kerja tak berobyek/ intransitif)
- Fiil muta'addi (kata berobyek/ transitif)
- Menurut penegasnya
- Fiil muakkad
- Fiil ghoir muakkad
- Menurut failnya
- Fiil mabni ma'lum (kata kerja aktif)
- Fiil mabni majhul (kata kerja pasif)
- Menurut bina'nya (unsur penyusunnya)
- Fiil salim
- Fiil mu'tal
- Menurut jumlah huruf
- Fiil tsulasi
- Fiil tsulasi mujarrod
- Fiil tsulasi mazid
- Fiil ruba'i
- Fiil rub'I mujarrod
- Fiil rub'I mazid
- Menurut sifatnya yang dapat berubah kedalam bentuk lain
- Fiil jamid
- Fiil mutashorrif
- Klasifikasi fiil mu'rob
Seperti dijelaskan pada bab sebelumnya, bahwa mu'rob adalah
keadaan suatu kata yang dapat berubah-ubah dikarenakan amil yang
mempengaruhinya. Begitu juga pada fiil, fiil yang mu'rob adalah fiil mudhori',
namun dengan kriteria dan keadaan tertentu. Karena pada asalnya, kalimat fiil
dan juga kalimat huruf adalah mabni.
Selanjutnya, sifat mu'rob fiil mudhori' terjadi ketika sunyi
dari adanya nun jamak inats (nun yang menunjukkan pelaku (subjek)
perempuan plural -ّ
هن) dan nun taukid (nun yang berfungsi menegaskan fiil). Jika hal itu terjadi, maka fiil mudhori'bersifat mabni. Yaitu mabni sukun jika bertemu nun jamak inats, dan mabni fathah jika bertemu nun taukid.
هن) dan nun taukid (nun yang berfungsi menegaskan fiil). Jika hal itu terjadi, maka fiil mudhori'bersifat mabni. Yaitu mabni sukun jika bertemu nun jamak inats, dan mabni fathah jika bertemu nun taukid.
Sifat fiil mudhori' yang berbeda dengan hukum asli fiil yang
mabni, karena ada alas an tertentu yaitu keserupaan fiil mudhori' dengan isim
--dalam hal ini adalah isim fail-- dalam makna dan lafadznya. Dalam lafadznya,
keduanya sama dalam jumlah huruf, harokat dan sukun.يكتب dengan كاتب , يكرم dengan
مكرم ,dan dalam maknanya, keduanya bermakna hal (sekarang) dan
istiqbal (mendatang).
Dalam susunan kalimat, Fiil mudhori' ada yang dibaca rofa' (marfu'),
nashob (mansub), dan jazem (majzum), dan kei'robannya bisa secara
implicit (lafdzon), eksplisit (taqdiron), atau maĥal.
Fiil mudhori'dibaca rafa' ketika sunyi dari 'amil nashib dan
'amil jazim. Dan tanda rofa'nya adalah dhommah dhohiroh (tampak di akhir
kata). Contoh: يفوز
المتقون
(lafdzon),
يعلو قدر من يقضي بالحق (dikira-kirakan).
Fiil mudhori' mansub (dibaca nashob) ketika ada 'awamil
al-nashibah yang mempengaruhinya. Contoh: لن أقول إلا الحق
'Awamil al-nashibah tersebut terbagi menjadi dua
bagian, yaitu:
- 'Awamil al-nashibah yang menasobkan dengan sendirinya, ada empat, yaitu:
- ان, yaitu huruf masdariyyah, huruf nashob, dan huruf istiqbal. Contoh: يريد الله أن يخفف عنكم (al-nisa: 28)
Huruf ini dinamakan huruf masdariyah adalah karena ia
menjadikan kata setelahnya dalam takwilan masdar. Dalam contoh diatas berarti يريد الله التخفيف عنكم.
Dinamakan juga huruf nashob, karena dapat membuat
fiil mudhori' dibaca nashob. Dan dinamakan pula huruf istiqbal karena
menunjukkan waktu istiqbal (masa datang) murni.
- لن, yaitu huruf nashob, huruf nafi, dan huruf istiqbal. Contoh: لن يخلقوا ذبـــابا
Huruf ini dinamakan huruf nafi karena berfungsi untuk
menegaskan negatifnya (nafi)-nya zaman istiqbal, seperti س dan سوف
untuk menegaskan positifnya zaman
istiqbal.
- إذن, yaitu huruf jawab, huruf jaza', huruf nashob dan huruf istiqbal. Contoh: إذن تفلح sebagai jawaban dari perkataan orang سأجتهد .
Dinamakan huruf jawab karena menjadi jawaban atas
perkataan yang mendahuluinya. Dinamakan juga huruf jaza' (arab:
balasan), karena kalam yang dimasuki إذن
berarti ungkapan balasan bagi kalam
sebelumnya. Namun hal ini tidak selalu begini, kadang juga hanya berfungsi
sebagai jawaban saja, yang tidak mengandung pernyataan balasan. Seperti : إني أحبك dan dijawab إذن أظنك صادقا.
Namun fungsi huruf ini sebagai amil yang menasobkan tidak
akan terjadi bila tidak memenuhi tiga syarat berikut:
- Berada di awal jumlah (arab: kalimat). Berarti tidak didahului oleh kata apapun yang terkait dengan setelahnya إذن. Seperti lafadz yang berada setelahإذنْ menjadi khobarnya kata sebelumnya إذنْ, contoh: أنا إذنْ أكافئُك, atau sebagai jawabnya qosam (arab: sumpah), seperti: والله إذنْ لاأفعلُ, atau jawabnya syarat (arab: ungkapan pengandaian), seperti: إنْ تَزُرْني إذنْ أزورُك. fiil mudhori' dalam kalimat semua itu tidak dibaca nashob.
- Fiil mudhori' setelahnya menunjukkan istiqbal, jika tidak maka dibaca rofa' seperti: إني أحبك dan dijawab إذن أظنك صادقا. Karena ungkapan ini menunjukkan hal (arab: sekarang).
- Tidak ada pemisah antara إذن dengan fiil mudhori' setelahnya. Bila tidak maka dibaca rofa', seperti contoh: إذن هم يقومون بالواجب, jawaban dari ungkapan: يجود الأغنياء بالمال في سبيل العلم.
Dalam kitab Audhoh al-Manahij ada satu syarat
tambahan lagi, yaitu:
- Berfaidah jaza' (sebagai balasan dari ungkapan sebelumnya), jika tidak maka dibaca rofa'. Seperti: إني أحبك dan dijawab إذن أظنك صادقا.
- كي, yaitu huruf masdariyyah, huruf nashob dan huruf istiqbal. Contoh: جئت لكي أتعلّم. pada umumnya didahului lam ta'lil (untuk menunjukkan alasan, keterangan, dan dorongan) seperti: لكي تأسوا على ما فاتكم (al-Hadid: 23), jika tidak ada maka sesungguhnya lam tersebut tersimpan (dikara-kirakan) seperti: أستقم كي تفلح.
- 'Awamil al-nashibah yang
meyimpan
ان مضمرة sebagai sebab nashobnya fiil mudhori'. Dan ragam tersimpannya ان مضمرة ini ada dua, yaitu: - Hukum tersimpannya ان مضمرة itu bersifat jaiz (boleh ya boleh tidak), jika berada setelah enam huruf berikut;
- لام كي, disebut juga لام التعليل, yaitu lam huruf jer yang menunjukkan kata setelah لام sebagai 'illat (alasan, dorongan) tujuan, dan sebab atas kata sebelumnya, atau dalam kata lain, kata sebelumnya لام كي adalah sebagai maksud dan tujuan terciptanya kata setelahnya لام كي. Contoh: وأنزلنا إليك الذكر لتبين للناس (an-Nahl: 44). Secara batiniahnya adalah: لأجل أن تبين .
Tersimpannya ان مضمرة
setelah لام كي ini
selama tidak didahului oleh لا
النافية atau لام الزائدة, jika memang didahului maka harus
menampakkan ان مضمرة. yang didahului لا النافية
seperti: لَِئَلاَّ يَكوُنَ لِلنَّاسِ عَلَى
اللهِ حُجَّةٌ
(al-Nisa: 165),
dan yang didahului لام
الزائدة seperti: لِئَلاَّ يَعْلَمَ أَهْلُ اْلِكَتابِ (al-Hadid: 29)
الزائدة seperti: لِئَلاَّ يَعْلَمَ أَهْلُ اْلِكَتابِ (al-Hadid: 29)
- لام العاقبة, atau disebut juga لام الصيرورة/ لام المآل/ لام النتيجة, yaitu lam huruf jer yang menunjukkan kata setelahnya sebagai akibat dan hasil pekerjaan dari kata sebelumnya, tidak sebagai sebab dan Alasan dari kata sebelumnya seperti yang ada pada لام كي. Contoh:
فَاْلتَقَطَهُ ءَالَ فِرْعََوْنَ لِيَكُوْنَ لَهُمْ عَدُوًّا
وَّحَزَنًا ((al-Qoshosh: 8
1.
واو العاطفة, seperti : يأبى الشجاع الفرار ويسلم, asalnya: وأن يسلم
2.
الفاء العاطفة, seperti: تعبك فتناول المجد خير من راحتك
فتحرم القصد, asalnya: خير من راحتك فحرمانك القصد
3.
ثم العاطفة, seperti: يرضي الجبان بالهوان ثم يسلم, asalnya: ثم السلامة
4.
أو العَاطِفَةُ, seperti: المَوْتُ أَوْ يَبْلُغَ
اْلانِْسَانُ مَأْمَلَهُ أَفْضَلُ,
asalnya: الَموْتُ أَوْ بُلُوْغُهُ
اْلاَمَلَ أَفْضَلُ. Dan juga firman Allah:
وَمَا كَانَ لِبَشَرٍ أَنْ يُّكَلِّمَهُ اللهُ إِلاَّ وَحْيًا
أَوْ مِنْ وَرَاءِ حِجَابً أَوْ يُرْسِلَ رَسُوْلاً (al-Syuro: 51)
Asalnya: إلا
وَحْيًا, أَوْ إِرْسَالُ رَسُوْلٍ
1.
Hukum
tersimpannya ان
مضمرة itu bersifat wajib (harus), jika
berada setelah lima huruf berikut:
1.
لام الجحود , atau disebut juga oleh sebagian
ulama, sebagai لام
النفي, yaitu lam huruf jer yang berada setelah كان الناقصة yang nafi. Seperti:
فَكُلاًّ أَخَذْنَا بِذَنْبِهِ فَمِنْهُمْ مَنْ أَرْسَلْنَا
عَلَيْهِ حَاصِبًا وَمِنْهُمْ مَنْ أَخَذْتُهُ الَّصْيحَةُ وَمِنْهُمْ مَنْ
خَسَفْنَا بِهِ اْلاَرْضَ وَمِنْهُمْ مَنْ أَغْرَقْنَا وَمَا كَانَ اللهُ
لِيَظْلِمَهُمْ وَلَكِنْ كَانُوْا أَنْفُسَهُمْ يَِظْلِمُوْنَ(al-'Ankabut:
40)
1.
حتى, yaitu huruf jer yang yang bermakna إلى atau
لام التعليل, seperti:
·
Yang
bermakna إلى: قالوا لن نبرح عليه عاكفين حتى يرجع
إلينا موسى (thoha: 91). Berarti: إلى أن يرجع
·
Yang
bermakna لام
التعليل: أطع الله حتى تفوز برضاه berarti:
ولتفوز
1.
أو. Huruf
ini dapat berlaku sebagai amil nashob dengan syarat harus menyimpan maknanya إلى dan إلا الاستثنائية, seperti:
ini dapat berlaku sebagai amil nashob dengan syarat harus menyimpan maknanya إلى dan إلا الاستثنائية, seperti:
·
Yang
bermakna إلى:
لأستسهلنّ الصعب أو أدرك المنى ¯ فما أنقادت الأمـــــآل إلا لصابر
أي إلى أن يدرك
·
Yang
bermakna إلا
الاستثنائية:
وكنت إذا غـــــمزت قنــاة قــــوم ¯
كسرت كعوبـــها أوتســــــــتقيما
أي إلا أن تستقيم
لأقتلنّ الكافر أو يسلم, أي إلا يسلم
1.
فاء السبيبة, yaitu
huruf yang menjelaskan bahwa kata sebelumnya menjadi sebab bagi kata
setelahnya, karenanya dinamakanlah فاء السبيبة. Contoh:
كلوا من طيبات مارزقناكم ولا تطغوا فيه فيحلّ عليكم
غضبي (Thoha: 81)
1.
واو المعية, yaitu huruf yang menjelaskan
terjadinya lafadz sebelumnya dengan syarat bersamaan dengan keberadaan lafadz
setelahnya. Dan menggunakan maknanya مع, yang berarti مصاحبة (bersamaan/ beriringan). Contoh: لم أنصح بشيء وأخالفه, لاتأكل السمك وتشرب اللبن
Sebagai
tambahan, syarat أو
المعية dan فاء السبيبةdapat beramal sebagai amil al-nashib, yaitu harus berkedudukan sebagai jawabnya nafi atau tholab yang murni. Syarat kedua huruf tersebut terangkum dalam bait berikut:
المعية dan فاء السبيبةdapat beramal sebagai amil al-nashib, yaitu harus berkedudukan sebagai jawabnya nafi atau tholab yang murni. Syarat kedua huruf tersebut terangkum dalam bait berikut:
مُرْوَانْهُ وَادْعُ وَسَلْ وَاعْرِضْ لِحَضِّهِمْ ¯
تَمَنَّ وَارْجُ كَذَاكَ
النَّفْيُ قَدْ كَمُلاَ
1.
Amar,
baik dengan shighotnya maupun dengan lam amar: آتني فأكرمَك, لينفق ذو سعة من سعته فأحسنَ إليه
1.
Nahi: لاترم
علما وتتركَ التعب, فتتركَ التعب
2.
Doa:
وفقني فأعملَ صالحا, وأعملَ صالحا
3.
Istifham:
من يستنصرني فأنصرَه, وأنصرَه
4.
'irdh:
لولا تنزل عندنا فتصيبَ خيرًا, وتصيبَ خيراً
5.
Tahdhidh,
opposite dari 'irdh: هلا
تكرم زيدا فيحسن إليك ويحسن إليك
6.
Tamanni:
ليت لي مالاً فأنفقَ منه, وأنفقَ منه
7.
Tarojji:
لعلَّ الحبيب قادم فأزورَه, وأزورَه
2.
Nafi: baik dengan huruf (لم, لمّا, لن, إن, ما, لا, لات), seperti: لَمْ
يَجْتَهِدْ فَيُفْلِحَ, atau dengan fiil, seperti: لَيْسَ اْلجَهْلُ مَحْمُوْدٌ فَتُقْبِلَ
عَلَيْهِ, ataupun dengan isim, seperti: اَلْحِلْمُ غَيْرُ مَذْمُوْمٍ فَتُنْقِرَ مِنْهُ.
Bila
syarat diatas tidak terpenuhi, maka fiil mudhori' yang jatuh setelah fa sababiyyah
atau wawu ma'iyyah, tetap dibaca rofa'.
Kemudian, fiil mudhori' majzum (dibaca jazem) bila didahului
oleh 'awamil al-jawazim, yaitu sebagai berikut:
1.
'Awamil
al-jawazim yang menjazemkan satu fiil, ada
empat huruf, yaitu:
1.
لم, yaitu huruf nafi, huruf jazem, dan
huruf qolb (memindah zaman mudhori' yang awalnya istiqbal atau hal menjadi
madhi), seperti: لم
أكتبْ
2.
لما, sama dengan huruf diatas. Contoh: لما أكتبْ
Perbedaan
dua huruf diatas:
1.
لم
menafikan waktu lampau secara
muthlaq (Indonesia: tidak) namun boleh juga meneruskannya hingga waktu
sekarang/الحال atau
bahkan hingga waktu yang tidak bisa ditentukan (الاستمرار), contoh: لم يلدْ ولم يولدْ (al-Ikhlas: 3), jadi dalam ayat ini menegaskan bahwa Allah sekali-kali tidak
dilahirkan maupun melahirkan, baik dari dulu, sekarang atau bahkan hingga waktu
yang tidak bisa ditentukan (الاستمرار).
Sedang لمَّا menafikan
waktu lampau (الماضي) secara
menyeluruh hingga waktu kini (الحال) saja (indonesia:
belum), tidak boleh lebih dari itu. Maka oleh karenanya maka huruf ini juga
disebut حرف
الاستغراق yang berarti menafikan zaman madhi
secara total.
2.
Nafi
dengan لم, berarti tidak
menunggu aktualitanya karena pada hakikatnya ia tidak menghasilkan apa-apa
(hanya merupakan negative word), sedang nafi dengan لمَّا berarti
masih menunggu aktualitanya, karena pada hakikatnya ia tertunda.
3.
Huruf
لم boleh terletak setelah huruf syarat,
contoh: إن لم
تجتهدْ تندمْ, sedang لمَّا tidak
demikian.
4.
Boleh
membuang majzum-nya (fiil mudhori' yang majzum) huruf لمَّا, sedang لم tidak demikian. Contoh: قاربت المدينة ولمَّا, maksudnya: ولمَّا أدخلها
1.
لام الامر, yaitu amar dengan bentuk mudhori' yang digandeng dengan لام
الامر, maknanya sama dengan tujuan asli amar, yaitu tuntutan untuk melaksanakan yang disebutkan. Contoh: لينفقْ ذو سعة من سعته
الامر, maknanya sama dengan tujuan asli amar, yaitu tuntutan untuk melaksanakan yang disebutkan. Contoh: لينفقْ ذو سعة من سعته
2.
لاالناهية, negasi dari sebelumnya, yaitu
tuntutan untuk meninggalkan yang disebutkan, seperti:
ولا تجعلْ يدك مغلولة إلى عنقك ولا تبسطها كل البسط فتقعد ملوما محسوراً (al-Isro': 29)
1.
'Awamil
al-jawazim yang menjazemkan dua fiil mudhori',
fiil yang pertama disebut fiil syarat dan fiil yang kedua disebut fiil
jawab, ada 13 amil, yaitu:
1.
إن. Huruf ini merupakan pokok/ intisari bagian 'Awamil
al-jawazim ini. Karena 'awamil selanjutnya hanya meyimpan maknanya
untuk kemudian bisa menjazemkan dua fiil mudhori'. Contoh:
وَإِنْ تُبْدُوْا مَا ِفيْ أَنْفُسِكُمْ أَوْ
تُخْفُوْهُ يُحَاسِبْكُمْ بِهِ اللهُ (al-Baqoroh: 248)
1.
إِذْمَا,
2.
مَنْ, yaitu isim mubham (arab: samar) yang
menjelaskan objek yang berakal (manusia), contoh: مَنْ يَعْمَلْ سُوْءًا يُجْزَ بِهِ (al-Nisa: 123)
3.
مَا, isim mubham yang menjelaskan objek yang tidak berakal (seluruh
benda selain manusia), contoh: وَمَا تَفْعَلُوْا مِنْ خَيْرٍ يَعْلَمْهُ اللهُ (al-Baqoroh:
197)
4.
مَهْمَا, sama dengan مَا, yaitu menjelaskan objek yang tidak
berakal, seperti:
وَقَالُوْا مَهْمَا تَأْتِنَا بِهِ مِنْ أَيَةٍ لِتَسْحَرَنَا بِهَا فَمَا نَحْنُ لَكَ بِمُؤْمِنِيْنَ( al-A'rof: 132)
1.
مَتَى, isim zaman yang menyimpan makna
syarat, seperti syair:
متى تأته تعــــشو إلى ضـــــوء ناره ¯ تجد خيــر نار عندهــــا
خير موقد
1.
أَيَّانَ, isim zaman yang menyimpan makna
syarat, seperti syair:
أيَّان نؤمــــــــنْك تأمنْ غيــــــرنَا وإذ ¯ لم تدرِكِ الأَ مَنَ منا لم تزل حــَذِرا
1.
اين, isim makan (tempat) yang menyimpan makna syarat seperti: أَيْنَ تَنْزِلْ أَنْزِلْ
أَيْنَمَا تَكُوْنُوْا يُدْرِكْــــكُمُ الْمَوْتُ (al-Nisa: 78)
Pada umumnya, isim ini sering ditambah dengan ماالزائدة, dengan tujuan untuk menegaskan (taukid) seperti contoh diatas.
1.
أنّى, isim makan yang meyimpan makna syarat, seperti: أنى تجلسْ أجلسْ معك
2.
حيثما, isim makan yang meyimpan makna
syarat, seperti: حيثما
تذهبْ أذهبْ معك
3.
كيفما, isim mubham yang meyimpan makna syarat, seperti: كيفما تجلسْ أجلسْ معك
Sifat menggandeng
dengan ما الزائدة ini adalah suatu pilihan diantara ya dan tidak.
dengan ما الزائدة ini adalah suatu pilihan diantara ya dan tidak.
4.
أيٌّ, isim mubham yang meyimpan makna syarat, seperti:
أيَّاماً تَدْعُوْا فَلَهُ اْلاَسْمَاءُ الْحُسْنَى (al-Isro: 110)
Isim ini yang harus dimudhofkan dengan isim lain bersifat
mu'rob sesuai kedudukannya dalam I'rob, baik marfu', mansub, atau majrur.
Contoh:
أيُّ اْمرإٍ يَخْدُمْ أمَّه تَخْدُمْهَا, بِأَيِّ قَلَمٍ
تَكْتُبْ أَكْتُبْ
1.
إذا, isim zaman yang menyimpan makna
syarat. Amil yang satu ini unik karena hanya berlaku sebagai 'Awamil
al-jawazim hanya pada syair, selain itu tidak, seperti:
إِسْتًغْـــــنِ مَاأَغْنَاكَ رَبُّــــــــكَ بِالْغِنَى ¯ وَإِذَا تُصْبـــــــكَ خَصَاصَةٌ فَتَجَمّــَلْ
1.Klasifikasi fiil mabni
Pembahasan selanjutnya adalah mengenai fiil mabni. Fiil yang
mabni adalah fiil madhi dan fiil amar, serta fiil mudhori' dengan kriterianya.
1.Mabninya fiil madhi
Fiil madhi seluruhnya mabni, baik yang tsulasi (tiga huruf)
atau ruba'I (empat huruf), begitu pula mujarrod maupun mazid.
Dan ragam kemabnian fiil madhi ada tiga, yaitu;
1.Mabni fath, yaitu bina asli pada
fiil ini, dengan kriteria:
1.Bila huruf akhir fiil madhi tidak
bertemu dengan apapun (walau huruf akhirnya berupa huruf 'illat, namun mabni
fath-nya dikira-kirakan). Seperti: كَتَبَ, فَتَحَ, عَلِمَ, رَمَى, دَعَا, dll.
2.Bila huruf akhir fiil madhi bertemu
dengan alif tatsniyah, seperti: رَمَيَا, كَتَبَا, فَتَحَا, عَلِمَا , dll.
2.Mabni dhommah, bila huruf akhir
bertemu dengan wawu jama', seperti: كَتَبُوْا, فَتَحُوْا, رَمَوْا, دُعُوْا, dll.
3.Mabni sukun, bila huruf akhir fiil
madhi bertemu dengan dhomir rafa' mutaharrik (dhomir muttashil yang
menggandeng kepada huruf akhir fiil madhi sebagai indikator pelaku (fail) dari
fiil madhi tersebut), seperti: فتحتُ, رميتَ, قمتِ, dll.
Yang termasuk dhomir rafa' mutaharrik adalah نَ,تَ, تُمَا, تُمْ, تِ, تُمَا,
تُنََّ, تُ, نَا
2.Mabninya fiil amar
1.Mabni sukun, yaitu bina asli fiil
ini, dengan kriteria:
1.Huruf Fiilnya tidak berupa huruf
'ilat (baca: shohih), seperti: أُكْتُبْ
2.Huruf Fiilnya bertemu dengan nun
niswah, seperti: أكتبن.
2.Mabni hadzf harf 'illat, yaitu Huruf
Fiilnya berupa huruf 'ilat (أ,ي,و), seperti: أنج, إسع, إرم
3.Mabni hadzf nun, yaitu bila huruf
fiilnya bertemu dengan: alif tatsniyah, wawu jama', atau ya' mukhotobah,
seperti: أكتبا, أكتبي, أكتبوا
4.Mabni fath, yaitu bila huruf
akhirnya bergandeng dengan salah satu nun taukid (mukhoffah atau tsaqilah),
seperti: أكتبنْ,
اكتبنَّ
3.Mabninya fiil mudhori'
Keadaan fiil ini ada dua, yaitu diantara mu'rob dan mabni.
Keadaan saat mu'rob telah dijelaskan dimuka beserta amil yang mempengaruhi
kemu'robannya. Dan kini saatnya mengupas tentang kemabnian fiil mudhori'.
Kemabnian fiil mudhori' didapat ketika huruf akhirnya
bergandengan dengan salah satu diantara dua nun taukid atau nun niswah. Yaitu
mabni sukun jika bertemu nun jamak inats, dan mabni fathah jika bertemu nun
taukid, seperti: يكتبْنَ,
يكتبَنْ, يكتبَنَّ
Fi' il - Fi' il
Fi'il itu ada tiga macam, yaitu
fi'il madhi, fi'il mudhari' dan fi'il amar, contoh:
Fi'il Madhi
Lafazh yang menunjukkan kejadian (perbuatan) yang telah berlalu dan selesai. Alamatnya
ialah, sering dimasuki ta tanits yang di-sukun-kan.
Contohnya seperti:
Fi'il Mudhari'
Lafazh yang menunjukkan kejadian (perbuatan) yang sedang berlangsung dan yang akan
datang. Alamatnya ialah, sering dimasiki sin, saufa, lam dan lan.
Contoh menjadi
;
atau menjadi
;
atau menjadi
;
menjadi
;
menjadi
dan
sebagainya.
Fi'il Amar
Lafazh yang menunjukkan kejadian (perbuatan) pada masa yang akan datang. Alamatnya ialah,
sering diberi ya muan nats mukhathabah dan menunjukkan makna thalab
(tuntutan), seperti: menjadi:
;
menjadi:
dan
sebagainya.
Kata nazhim:
Menurut mereka (ahli Nahwu) fi'il mempunyai tiga fungsi yaitu: fi'il
madhi, fi'il amar dan fi'il mudhari'.
Tanda fi'il madhi
Fi'il madhi selamanya di-fathah-kan
huruf akhirnya.
Contoh: ;
;
;
;
Perlu diketahui, bahwa yang dimaksud
dengan di-fathah-kan huruf akhirnya, ialah fathah secara
lafazh seperti contoh tadi, dan fathah secara perkiraan, seperti: ;
;
;
fathah huruf akhirnya itu harus diperkirakan pula bilamana fi'il
madhi-nya bertemu dengan dhamir marfu' (dhamir yang di-rafa'-kan)
karena menjadi fa'il-nya, seperti: ;
;
.
Kata nazhim:
Fi'il madhi itu selalu di-fathah-kan
huruf akhirnya jika terlepas dari dhamir mutaharrik yang di-rafa'-kan.
Tanda fi'il amar
Fi'il amar selamanya di-jazm-kan (huruf akhirnya).
Contoh: ,
,
,
dan
sebagainya.
Perlu diketahui, bahwa fi'il amar
selamanya harus di-jazm-kan huruf akhirnya bilamana fi'il madhi-nya
yang ber-mabni shahih akhirnya, seperti: tetapi
bila fi'il madhi-nya terdiri dari fi'il yang ber-mabni mu'tal
akhir seperti: maka
fi'il amar-nya harus dibuang huruf 'illat-nya, yaitu menjadi
menjadi
menjadi
;
menjadi
dan
sebagainya.
Kalau fi'il amar itu harus
disertai dengan dhamir tatsniyah, seperti: atau
dhamir Jamak. Seperti: atau
dhamir muannatsah mukhathabah, seperti maka
tanda jazm-nya dengan membuang (menghilangkan) huruf nun.
Kata nazhim:
Fi'il amar di-mabni-kan atas sukun
atau membuang huruf 'illat atau nun.
Tanda fi'il mudhari'
Fi'il mudhari' yaitu, fi'il yang
diawali dengan salah satu huruf zaidah yang empat yang terhimpun dalam lafazh (hamzah,
nun, ya, ta) dan selamanya di-rafa'-kan, kecuali dimasuki amil yang
me-nashab-kan atau yang men-jazm-kan (maka harus disesuaikan dengan
amil-nya).
Maksudnya: Fi'il mudhari' itu harus selalu di-rafa'-kan
huruf akhirnya dan huruf awalnya harus memakai salah satu dari huruf zaidah
yang empat, yaitu hamzah, nun, ya, dan ta, seperti
lafazh:
= dia sedang melakukan (sesuatu);
= kamu sedang melakukan (sesuatu);
= aku sedang melakukan (sesuatu);
= kami (kita) sedang melakukan (sesuatu).
Kiaskanlah arti fi'il-fi'il mudhari'
lainnya. Kecuali kalau dimasuki amil yang me-nashab-kan, maka
harus di-nashab-kan, seperti: atau
dimasuki amil yang men-jazm-kan, maka harus di-jazm-kan,
seperti:
Perlu diketahui, bahwa fi'il
mudhari' itu ada yang di-rafa'-kannya secara lafazh seperti contoh
tadi, dan ada pula yang secara perkiraan, seperti: dan
sebagainya.
Kalau fi'il mudhari' yang mu'tal
akhir itu seperti: ,
di-nashab-kan maka menjadi: tetapi
kalau di-jazm-kan, maka harus dibuang huruf 'illat-nya, sepertl: sebagaimana
yang akan diterangkan.
Kata nazhim:
Para ahli nahwu mengawali fi'il
mudhari' dengan salah satu dari huruf zaidah yang empat yaitu, hamzah dan nun,
demikian pula ya dan ta yang terhimpun pada lafazh (wahai
pemuda! Engkau telah mendekatkan diri).
Fi'il mudhari' yang terbebas dari
amil yang me-nashab-kan dan yang men-jazm-kan selamanya harus rafa'.
Amil-amil yang me-nashab-kan fi'il
mudhari
Amil yang me-nashab-kan itu ada
sepuluh, yaitu: (bahwa):
(tidak
akan); (kalau
begitu); (agar);
(supaya);
lam juhud sesudah nafi; (sehingga);
jawab dengan fa; jawab dengan wawu, dan au (kecuali).
Maksudnya: Amil yang me-nashab-kan fi'il mudhari' itu
ada sepuluh macam dan terbagi menjadi dua bagian, yaitu:
Bagian pertama: yang me-nashab-kan secara langsung (dengan zatnya
sendiri) yaitu:
- contoh: = bacaanmu mengagumkan aku.
- contoh: = orang malas tidak akan bahagia.
- contoh: = kalau begitu aku akan menghormatimu.(Sebagai jawaban dari orang yang mengatakan: = besok aku akan berkunjung padamu).
- contoh: = aku datang padamu agar engkau mengajariku.
Bagian kedua: yang me-nashab-kan secara tidak langsung, yaitu
oleh lafazh yang
tersembunyi, bahkan ada yang harus disembunyikan, yaitu ada enam macam:
- , contoh: , asalnya:
- , yaitu lam yang berada pada kalimat yang di-nafi-kan, contoh: = Dan Allah sekali-kali tidak akan mengazab mereka. (al-Anfal: 33) Asalnya:
- , dengan arti , seperti dalam contoh: = carilah ilmu sampai maut menjemputmu, atau dengan arti Iam ta'lil, seperti dalam contoh: = carilah ilmu, karena Allah akan memberi pahala kepadamu.
- Menjawab dengan fa, seperti dalam contoh: = menghadaplah, maka aku akan berbuat baik padamu.
- Menjawab dengan wawu ma'iyyah, seperti dalam contoh: = menghadaplah, kusertakan kebaikan untukmu.
- dengan makna , seperti dalam contoh: = niscaya aku akan menghinakanmu, kecuali kamu melakukan pekerjaan yang sudah menjadi kebiasaanmu. Atau dengan makna , seperti dalam contoh: = aku benar-benar akan menuntut ilmu sampai aku menguasai ilmu-ilmu agama.
1 komentar:
terima kasih sangat mebantu
Posting Komentar